📘 Perjuangan Diplomasi dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, perjuangan bangsa Indonesia tidak hanya dilakukan melalui perlawanan bersenjata, tetapi juga melalui jalur diplomasi untuk mendapatkan pengakuan internasional dan mencegah agresi militer lebih lanjut.
🤝 1. Perundingan Linggarjati (1946)
📅 Waktu:
- Tanggal: 10 November 1946 – ditandatangani resmi 25 Maret 1947
- Tempat: Linggarjati, dekat Cirebon
📌 Tokoh Indonesia:
- Sutan Sjahrir (Perdana Menteri)
- Moh. Roem, Ali Sastroamidjojo
📌 Tokoh Belanda:
- Prof. Schermerhorn
- H.J. van Mook (Gubernur Jenderal)
📋 Isi Perjanjian:
- Belanda mengakui secara de facto wilayah RI: Jawa, Madura, dan Sumatra.
- Akan dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
- RIS akan tergabung dalam Uni Indonesia-Belanda di bawah Kerajaan Belanda.
- Belanda akan menarik pasukan secara bertahap.
⚠️ Dampak:
- Disambut positif internasional, tapi banyak pihak dalam negeri menilai terlalu mengalah.
- Belanda kemudian melanggar perjanjian → terjadi Agresi Militer I.
🤝 2. Perundingan Renville (1948)
📅 Waktu:
- Tanggal: 8 Desember 1947 – ditandatangani 17 Januari 1948
- Tempat: Kapal USS Renville (milik AS) di Pelabuhan Tanjung Priok
📌 Tokoh Indonesia:
- Amir Sjarifuddin (Perdana Menteri)
- Moh. Roem, Ali Sastroamidjojo
📌 Tokoh Belanda:
- Abdulkadir Widjojoatmodjo dan Van Mook
📋 Isi Perjanjian:
- Belanda hanya mengakui daerah RI yang dikuasai saat itu (semakin sempit).
- Disepakati garis demarkasi (garis Van Mook) antara RI dan wilayah pendudukan Belanda.
- Pemerintah Indonesia setuju ikut serta dalam pembentukan RIS.
⚠️ Dampak:
- Wilayah RI semakin menyempit.
- Pemerintah Amir Sjarifuddin mundur karena dianggap gagal.
- Tidak menghentikan konflik → berujung pada Agresi Militer II.
🤝 3. Perundingan Roem-Royen (1949)
📅 Waktu:
- Tanggal: 14 April – 7 Mei 1949
- Tempat: Jakarta
📌 Tokoh Indonesia:
- Mohammad Roem (Ketua delegasi)
- Dr. Leimena, Ali Sastroamidjojo
📌 Tokoh Belanda:
- Dr. J.H. van Royen
- Drees (Perdana Menteri Belanda)
📋 Isi Perjanjian:
- Indonesia akan menghentikan perang gerilya.
- Belanda akan mengembalikan Yogyakarta kepada RI.
- Pemimpin RI yang ditahan akan dibebaskan.
- Belanda setuju untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar (KMB).
✅ Dampak:
- Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta (6 Juli 1949).
- Belanda bersedia mengakui kedaulatan RI.
- Menjadi jalan menuju Konferensi Meja Bundar (KMB) yang mengakhiri konflik diplomatik.
📊 Perbandingan Singkat Tiga Perundingan
Aspek | Linggarjati (1946) | Renville (1948) | Roem-Royen (1949) |
---|---|---|---|
Tujuan | Pengakuan awal terhadap RI | Menengahi setelah Agresi Militer I | Mengakhiri Agresi Militer II |
Wilayah RI | Diakui de facto (Jawa, Madura, Sumatra) | Dibatasi garis Van Mook | Yogyakarta dikembalikan ke RI |
Hasil | Menuju RIS & Uni Indonesia-Belanda | Wilayah RI makin sempit, tekanan politik | Jalan ke KMB, pengakuan kedaulatan |
Tokoh Utama | Sjahrir – Schermerhorn | Amir Sjarifuddin – Van Mook | Roem – Royen |